Sedikit Share lagi membahas hubungan tentang reggae dan vespa di Indonesia kita tercinta,kenapa hubungan di antaranya keduanya seperti sangat erat.
Masalahanya bukan dulu Bob Marley mengendarai Vespa.
Masalahanya bukan dulu Bob Marley mengendarai Vespa.
Vespa, adalah kendaraan roda dua yang berasal dari negara Benito Mussolini ini memang memiliki keunikan tersendiri dan memiliki sejarah yang panjang sampai akhirnya kendaraan yang berarti “Tawon” dalam bahasa Italia tersebut mampu menembus berbagai negara, lapisan masyarakat, bahkan sampai mengintervensi kedalam budaya sampai menciptakan suatu sub-kultur tertentu. Salah satu contoh pembaurannya menjadi suatu bagian dari sub-kultur bisa dilihat dari stigmanya atas “kendaraannya para kaum Mods” atau sepeda motornya kaum Skinhead, khususnya di Inggris pada era ’60-an.
Pada era itu memang lumayan marak dijumpai para “mereka” yang sering berpenampilan dengan menggunakan jaket ala seorang penerbang, dengan sepatu bot Dr.Martens serta bergaya rambut pendek (malah cenderung botak) sehingga terkesan bergaya militan walaupun belum tentu semua karakteristik mereka seperti itu, apalagi mereka sering berkendara di jalan dengan menggunakan kendaraan yang notabene latar belakang kendaraan tersebut justru tercipta akibat “solusi pembayaran utang” Italia atas kekalahan mereka dalam Perang Dunia kedua.
Lantas apa korelasi antara kendaraan yang teknologinya terinspirasi dari teknologi pesawat terbang tersebut dengan Reggae yang notabene adalah musik yang identik dengan musiknya para kulit hitam pada era itu? Tidak bisa dipungkiri bahwa maraknya para imigran kulit hitam yang berada di Inggris pada masa itu, turut membawa musikalitasnya kedalam pergaulan mereka sehari-hari, khususnya kepada para remaja bahkan sampai ke orang dewasa di negeri asalnya The Beatles, The Who, Sham 69, tersebut. Sedangkan Inggris sendiri (bahkan mungkin sampai sekarang) adalah trend-setter atau salah satu kiblat musik dunia.
Selera musik para imigran kulit hitam tersebut pun ternyata cukup digemari oleh anak muda disana dan bahkan mengakar dengan sangat kuatnya sampai merasuk kedalam lingkungan kaum “Mods” yang notabene sebutan “Mods” tersebut dikarenakan karakteristik mereka yang cenderung “Modernist”, baik itu dalam masalah fashion bahkan sampai dalam segi musik. Sehingga tidak heran jika akibat dari pergaulan mereka dengan para imigran kulit hitam tersebut, banyak dari kaum Mods yang menggemari musik-musik yang sering dibawakan oleh “The Maytals”, “Laurel Aitken”, dan lain sebagainya yang berada di era tersebut, sehingga di era itu pun tidak asing terdengar istilah seperti Rude boys, Skinhead Reggae, bahkan sampai melegendanya pengaruh-pengaruh dari Trojan Records.
Sedangkan diluar segi musik, saat itu Vespa merupakan salah satu kendaraan favorit, karena selain harganya cenderung murah dan teknologi sepeda motor tersebut diadopsi dari teknologi pesawat terbang, sehingga tidak heran jika Vespa cenderung lebih kuat dan tahan lama. Bahkan konon Vespa sewaktu awal-awal dikeluarkan dari pabriknya ke pasar, dulunya Vespa sampai menggunakan ban pesawat terbang betulan. Mungkin karena sebab itu juga kenapa logo yang sering diusung oleh kaum Mods ini pun sampai menggunakan logo yang ada pada pesawat tempur Inggris. Dan media pun turut mempopulerkan keunikan kombinasi antara sub-kultur tersebut dengan kendaraan khas mereka.
Namun Vespa memang bukanlah hanya sekedar kendaraan biasa. Vespa yang dulu dikenal memiliki sejarah sebagai kendaraan simbol “pembayaran dosa” akibat kejamnya Perang Dunia, sehingga tidak heran kendaraan tersebut cenderung dijual dengan harga murah dari negara asalnya, tetapi kini Vespa sudah berganti menjadi simbol kendaraan yang bisa dikatakan sebagai kendaraan yang bermakna “solideritas”. Fakta ini terkadang bisa dilihat dari solideritas persaudaraan para pengendara Vespa khususnya di tanah air, dimana bila ada Vespa yang mogok di jalan, penggendara Vespa lainnya yang kebetulan melintas dan melihat peristiwa itu akan turut berhenti sejenak seraya menawarkan bantuan kepada pengendara tersebut.
Solideritas semacam ini secara sadar atau tidak sadar telah merepresentasikan pesan “One love” dimana perbedaan layaknya perbedaan kulit hitam dan kulit putih pun bisa menjadi lenyap hanya dengan sebuah kendaraan yang disebut dengan musik. Dan semuanya pun terasa semakin kebetulan, karena benang merah diantara musik tersebut dengan kendaraan Vespa itu, ternyata terdapat andil Reggae di dalamnya.
(A.J Siahaan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar